Newest Post

body languange

| Jumat, 06 Desember 2013
Baca selengkapnya »
 


Bahasa tubuh adalah komunikasi pesan nonverbal (tanpa kata-kata).
Bahasa tubuh merupakan proses pertukaran pikiran dan gagasan dimana pesan yang disampaikan dapat berupa isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, sentuhan, artifak (lambang yang digunakan), diam, waktu, suara, serta postur dan gerakan tubuh.
Secara garis besar, bahasa tubuh terdiri dari bagaimana cara anda duduk, cara anda berdiri, cara anda menggunakan kedua tangan dan kaki anda, serta apa yang anda lakukan ketika berbicara dengan seseorang.
Dibawah ini adalah beberapa bahasa tubuh yang perlu anda perhatikan ketika berbicara dengan seseorang :
1. Jangan silangkan kaki dan tangan anda.
Anda mungkin sudah sering mendengar bahwa menyilangkan tangan atau kaki dapat menunjukkan bahwa anda tertutup terhadap lawan bicara anda dan ini tidak menciptakan hubungan pembicaraan yang baik. Bukalah selalu posisi tangan dan kaki anda.
2. Lakukan kontak mata, namun bukan menatapnya.
Dengan melakukan kontak mata pada lawan bicara anda dapat membuat hubungan pembicaraan menjadi lebih baik dan anda dapat melihat apakah mereka sedang mendengarkan anda atau tidak. Namun juga bukan dengan menatapnya (terus menerus), karena akan membuat lawan bicara anda menjadi gelisah.
Jika anda tidak terbiasa melakukan kontak mata pada lawan bicara anda, memang anda akan merasakan ketidaknyamanan pada saat pertama kali. Namun lakukan saja terus dan anda akan terbiasa suatu saat nanti.
3. Buatlah jarak antara kedua kaki anda.
Memberi jarak antara kedua kaki (tidak dirapatkan) baik dalam posisi berdiri maupun duduk menunjukkan bahwa anda cukup percaya diri dan nyaman dengan posisi anda.
4. Santaikan bahu anda.
Ketika anda merasa tegang, anda akan merasakan juga ketegangan di kedua bahu anda. Biasanya terlihat dari posisi bahu yang sedikit terangkat dan maju ke depan. Cobalah untuk mengendurkan ketegangan dengan menggerakkan bahu anda dan mundurkan kembali posisinya ke belakang atau bersandar.
5. Mengangguk ketika lawan bicara anda sedang berbicara.
Mengangguk menandakan bahwa anda memang sedang mendengarkan. Namun bukan berarti anda mengangguk berlebihan (terus menerus dan cepat) layaknya burung pelatuk :) , karena anda akan terlihat seperti dibuat-buat.
6. Jangan membungkuk, duduklah dengan tegak.
Membungkuk menandakan bahwa anda tidak bergairah, dan tegak disini maksudnya adalah tetap dalam koridor santai, tidak tegang.
7. Condongkan badan, namun jangan terlalu banyak.
Jika anda ingin menunjukkan bahwa anda tertarik dengan apa yang disampaikan oleh lawan bicara anda, condongkan sedikit tubuh anda ke arahnya. Namun jangan juga terlalu condong karena anda terlihat seperti akan meminta sesuatu.
Jika anda ingin menunjukkan bahwa anda cukup percaya diri dan santai, condongkan sedikit badan anda ke belakang. Namun juga jangan terlalu condong, karena anda akan terlihat arogan.
8. Tersenyum dan tertawa.
Bercerialah, jangan terlalu serius. Santai, tersenyum bahkan tertawa jika seseorang menceritakan sesuatu hal yang lucu. Orang akan cenderung mendengarkan anda jika anda terlihat sebagai orang yang positif. Namun juga jangan menjadi orang yang pertama kali tertawa jika anda sendiri yang menceritakan cerita lucu nya, karena anda akan terkesan gugup dan seperti minta dikasihani.
Tersenyumlah ketika anda berkenalan dengan seseorang, namun jangan pula tersenyum terus menerus karena anda akan dianggap menyimpan sesuatu dibalik senyuman anda.
9. Jagalah posisi kepala anda tetap lurus.
Jangan melihat ke bawah ketika anda berbicara dengan seseorang. Anda akan terlihat seperti tidak nyaman berbicara dengan lawan bicara anda dan juga terlihat seperti orang yang tidak percaya diri.
10. Jangan terburu-buru.
Ini bisa berlaku untuk apa saja. Bagi anda yang mempunyai kebiasaan berjalan dengan cepat, cobalah sesekali untuk memperlambat jalan anda. Selain anda akan terlihat lebih tenang dan penuh percaya diri, anda juga akan merasakan tingkat stress anda berkurang.
11. Hindari gerakan-gerakan yang menunjukkan bahwa anda gelisah.
Seperti menyentuh muka anda, menggoyang-goyangkan kaki anda atau mengetuk-ngetuk jari anda di atas meja dengan cepat. Gerakan-gerakan semacam itu menunjukkan bahwa anda gugup dan dapat mengganggu perhatian lawan bicara atau orang-orang yang sedang berbicara dengan anda.
12. Efektifkan penggunaan tangan anda.
Daripada anda menggunakan tangan anda untuk hal-hal yang dapat mengganggu perhatian lawan bicara anda, seperti disebutkan dalam point 11 diatas, lebih baik anda menggunakan tangan anda untuk membantu menjelaskan apa yang anda sampaikan.
13. Rendahkan gelas minuman anda.
Seringkali kita berbicara dengan seseorang sambil memegang gelas minum di depan dada kita. Sikap ini agak kurang baik karena akan membuat ‘jarak’ yang cukup jauh antara anda dan lawan bicara anda. Rendahkan posisi gelas minuman anda, bahkan jika perlu anda memegangnya sampai di dekat kaki.
14. Jangan berdiri terlalu dekat.
Dalam artikel saya : Bagaimana Mengetahui Seseorang Sedang Berbohong, saya sempat mengulas sedikit bahwa orang yang merubah posisinya menjadi terlalu dekat pada lawan bicaranya dapat menandakan bahwa ia sedang menyembunyikan sesuatu atau mempunyai maksud tertentu. Selain itu tentu saja akan membuat lawan bicaranya menjadi tidak nyaman. Jagalah selalu jarak ’privacy’ antara anda dan lawan bicara anda.
15. Berkaca.
Dalam buku-buku mengenai penjualan, saya sering menemukan tentang istilah berkaca ini. Pada intinya ketika 2 orang terkoneksi dan melakukan hubungan pembicaraan yang positif, mereka secara tidak sadar akan saling berkaca satu sama lain. Dalam arti anda akan sedikit meniru bahasa tubuh lawan bicara anda, begitu juga sebaliknya.
Anda dapat juga melakukan teknik berkaca yang proaktif (dengan sadar) untuk lebih meningkatkan kualitas hubungan anda dan lawan bicara anda. Sebagai contoh, jika lawan bicara anda sedikit mencondongkan badannya ke depan, anda dapat juga mencondongkan badan anda ke depan. Jika lawan bicara anda menaruh satu tangannya di atas meja, anda juga dapat melakukan hal yang sama. Namun tetap perlu diingat, jangan melakukan gerakan tiruan dengan jeda waktu yang sangat singkat dan hampir semua gerakan ditiru. Lawan bicara anda akan melihat suatu keanehan dan tampak seperti sirkus. :)
16. Jagalah selalu sikap anda.
Apa yang anda rasakan akan tersalur lewat bahasa tubuh dan dapat menjadi perbedaan yang besar terhadap kualitas hubungan anda dan lawan bicara anda. Tetaplah jaga sikap yang positif, terbuka dan santai.
Perlu diingat bahwa anda dapat merubah bahasa tubuh yang kurang baik, tentu saja selama anda memahami bahwa untuk menciptakan kebiasaan yang baru memerlukan sebuah proses. Jangan juga mencoba melakukan semua dengan sekaligus karena akan membuat anda bingung dan penat.


body languange

Posted by : Unknown
Date :Jumat, 06 Desember 2013
With 0komentar

SINTAKSIS

|
Baca selengkapnya »
sintaksis adalah ilmu mengenai prinsip dan peraturan untuk membuat kalimat dalam bahasa alami. Selain aturan ini, kata sintaksis juga digunakan untuk merujuk langsung pada peraturan dan prinsip yang mencakup struktur kalimat dalam bahasa apapun, sebagaimana "sintaksis Irlandia Modern."
Penelitian modern dalam sintaks bertujuan untuk menjelaskan bahasa dalam aturan ini. Banyak pakar sintaksis berusaha menemukan aturan umum yang diterapkan pada setiap bahasa alami. Kata sintaksis juga kadang digunakan untuk merujuk pada aturan yang mengatur sistem matematika, seperti logika, bahasa formal buatan, dan bahasa pemrograman komputer.
Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.

Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi, peran, dan kategori sintaksis. Fungsi sintaksis berkenaan dengan istilah subjek, predikat, objek, dan keterangan. Kategori sintaksis berkenaan dengan istilah nomina, verba, ajektiva, dan numeralia. Sedangkan peran sintaksis berkenaan dengan istilah pelaku, penderita, dan penerima.
Eksistensi struktur sintaksis terkecil ditopang oleh urutan kata (letak/posisi kata), bentuk kata, dan intonasi. Intonasi dapat berupa intonasi deklaratif (ditandai tanda titik), intonasi interogatif (ditandai tanda tanya), dan intonasi interjektif (ditandai tanda seru).

B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS
Dalam tataran morfologi, kata merupakan satuan terbesar, tetapi dalam tataran sintaksis, kata merupakan satuan terkacil yang akan membentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase.
Ada dua jenis kata, yaitu kata penuh dan kata tugas. Kata penuh yaitu kata yang secara leksikal memiliki makna dan dapat berdiri sendiri sebagai sebuah satuan tuturan. Yang merupakan kata penuh adalah kata-kata yang berkategori nomina, verba, ajektifa, adferbial, dan numeralia. Sedangkan kata tugas yaitu kata-kata yang berkategori preposisi dan konjungsi, yang selalu terikat dengan kata yang di belakang, di depan, atau kata yang dirangkaikannya.

C. FRASE
Frase adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif atau gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.
Macam frase :
1. Frase Eksosentrik, yaitu frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya.
Contoh : Dia berdagang di pasar
Frase eksosentrik direktif, komponen pertama berupa preposisi, seperti di, ke,dan dari, sedangkan komponen kedua berupa kata.
Contoh : di pasar
Frase eksosentrik nondirektif, komponen pertama berupa artikulus,seperti si dan sang, sedangkan komponen kedua berupa kata berkategori nomina, ajektiva, dan verba.
Contoh : si miskin
2.   Frase Endosentrik, yaitu frase yang komponennya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya.
Contoh : Nenek sedang membaca komik di kamar
Frase endosentrik disebut juga frase subordinatif karena terdiri atas komponen atasan dan komponen bawahan.
Contoh : mahal sekali
Mahal sebagai komponen atasan ; sekali sebagai komponen bawahan. Dilihat dari kategori intinya, dapat dibedakan adanya frase nominal, verbal, ajektival, dan numeral.
3.   Frase Koordinatif, yaitu frase yang komponen pembentuknya sederajat dan dihubungkan oleh konjungsi koordinatif, baik yang tunggal (dan, atau, tetapi), maupun yang terbagi (baik …. maupun ….; makin ….makin ….; baik ….baik….)
4.   Frase Apositif, yaitu frase koordinatif yang komponennya saling merujuk sesamanya, sehingga urutan komponennya dapat dipertukarkan.
Contoh : – Pak Ahmad, guru saya, rajin sekali
- Guru saya, Pak Ahmad, rajin sekali


D. KLAUSA
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtutan kata-kata berkonstruksi predikatif. Yang bersifat wajib di dalam klausa adalah adanya fungsi subjek dan fungsi predikat.
Contoh : adik mandi
Frase yang diberi intonasi final berpotensi menjadi kalimat minor, sedangkan klausa berpotensi menjadi kalimat mayor. Macam klausa :
Berdasarkan strukturnya:
1.   Klausa Bebas, yaitu klausa yang memiliki unsure lengkap, sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat, dan berpotensi menjadi kalimat mayor.
Contoh :     -Adik mandi
-Kakak menyanyi
Kalimat mayor : Adik mandi dan kakak menyanyi.
2.   Klausa Terikat, biasanya terletak dibelakang konjungsi subordinatif, sehingga disebut klausa subordinatif/klausa bawahan. Sedangkan klausa lain yang hadir bersama klausa bawahan disebut klausa utama atau klausa atasan.
Berdasarkan kategori unsur segmental :
1.   Klausa Verbal, yaitu klausa yang predikatnya berkategori verba, baik verba transitif, intransitive, refleksif, atau resiprok.
Contoh : Nenek menangis.
2.   Klausa nominal, predikatnya berupa nomina/frase nomina.
Contoh : Kakeknya petani di desa itu.
3.   Klausa Ajektifal, predikatnya berupa kata kata/frase ajektifa.
Contoh : Wanita itu cantik sekali.
4.   Klausa Adverbial, predikatnya berupa adverbial.
Contoh : Bandelnya teramat sangat.
5.   Klausa Preposisional, predikatnya berupa frase berkategori preposisi.
Contoh : Nenek di kamar.
6.   Klausa Numeral, predikatnya berupa kata/frase numeralia.
Contoh : Anaknya enam orang.

E. KALIMAT
Kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, dan disertai dengan intonasi final.
Macam kalimat :
1.   Kalimat Inti dan Kalimat Noninti
Kalimat inti yaitu kalimat yang dibentuk dari klausa inti lenkap, bersifat deklaratif, aktif atau netral, dan afirmatif.
Contoh : Adik membaca komik.
Kalimat noninti yaitu kalimat yang dibentuk dari kalimat inti yang telah mengalami proses transformasi, seperti pemasifan, pengingkaran, penginversian, dll.
Contoh : Kalimat inti : Adik membaca komik.
Kalimat noninti : Adik tidak membaca komik. (pemasifan)
Jika dibagankan : Kalimat inti + Proses Transformasi = Kalimat Noninti
2.   Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk
Kalimat tunggal yaitukalimat yang hanya terdiri atas satu klausa.
Contoh : Nenekku masih cantik.
Kalimat majemuk yaitu kalimat yang terdiri atas lebih dari satu klausa. Kalimat majemuk dibedakan atas kalimat majemuk koordinatif dan kalimat majemuk subordinatif. Kalimat majemuk koordinatif yaitu kalimat majemuk yang klausa-klausanya memiliki status yang sama, setara,atau sederajat, dan secara eksplisit dihubungkan dengan konjungsi koordinatif, seperti dan, atau, tetapi, lalu.
Contoh : Adik menangis dan kakak tersenyum.
Kalimat majemuk subordinatif yaitu kalimat majemuk yang hubungan antara klausaklausanya tidak setara, terdiri atas klausa atasan dan klausa bawahan, yang dihubungkan oleh konjungsi subordinatif, seperti kalau, ketika, meskipun, karena.
Contoh: kakek menangis karena nenek Pergi.
3.   Kalimat Mayor dan Kalimat Minor
Kalimat minor memiliki klausa yang tidak lengkap, mungkin hanya terdiri atas subjek
saja, predikat saja, objek saja atau predikat saja.
Contoh: sedang makan
Sedangkan kalimat mayor memiliki klausa yang lengkap, setidaknya terdirir atas subjek dan predikat.
4.   Kalimat Verbal dan Kalimat Nonverbal
Kalimat Verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata atau frase verba.
Contoh: Adik menyiram bunga
Kalimat nonverbal adalah kalimat tang predikatnya bukan berupa kata atau frase verba, bisa nominal, adjektifal, adverbial, atau numeral.
Contoh: uangnya lima juta
5.   Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat
Kalimat bebas adalah kalimat ayng mempunyai posisi untuk menjadi ujaran lengkap atau dapat memulai sebuah paragraf atau wacana tanpa bantuan kalimat atau konteks lain yang menjelaskannya. Kalimat terikat adalah kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap, atau menjadi pembuka paragraf atau wacana tanpa bantuan konteks.
Contoh:
Sekarang di Riau amat sukar mencari terubuk (1). Jangankan ikannya, telurnya pun
sangat sukar diperoleh (2). Kalau pun bisa diperoleh, harganya melambung selangit
(3). Makanya, ada kecemasan masyarakat nelayan di sana bahwa terubuk yang
spesifik itu akan punah (4).
Kalimat (1) adala kalimat bebas tanpa harus diikuti kalimat (2),(3),(4). Kalimat
tersebut sudah dapat menjadi ujaran lengkap yang dapat dipahami. Sedangkan
kalimat (2), (3), (4) disebut kalimat terikat karena kalimat-kalimat tersebut tidak
dapat berdiri sendiri.

Intonasi Kalimat
Sebuah klausa yang sama, artinya terdiri dari unsure segmental yang sama, dapat manjadi kalimta deklaratif atau kalimat interogatif hanya dengan mengubah intonasinya. Kalau konstituen dasar kalimat dapt diuraikan atas segmen-segmennya berdasarkan cirri morfologi dan sintaksis, maka intonasinya dapat diuraikan atas ciri-cirinya yang berupa tekanan, tempo, dan nada. Tekanan adalah ciri-ciri suprasegmental yang menyertai bunyi ujaran. Tempo adalah waktu yang dibutuhkan untuk melafalkan suatu arus ujaran. Nada adalah unsure suprasegmental yang diukur berdasarkan kenyaringan suatu segmen dalam suatu arus ujaran.

F. WACANA
Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap sehingga dengan hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar. Persyaratan gramatikal dalam wacana dapat dipenuhi kalau dalam wacana itu sudah terbina kekohesian dan kekoherensian. Kekohesian yaitu adanya keserasian antara unsurunsur yang ada dalam wacana tersebut, sedangkan kekoherensian yaitu isi wacana yang apik dan benar.
Macam-macam alat gramatikal untuk membuat sebuah wacana menjadi kohesif :
1.   Konjungsi, yaitu penghubung bagian kalimat atau paragraph
2.   Kata ganti
3.  Elipsis, yaitu menghilangkan bagian kalimat yang sama dengan bagian kalimat yang lain.
Macam-macam alat gramatikal untuk membuat sebuah wacana kohesif dan koheren :
  1. Menggunakan hubungan pertentangan pada dua kalimat yang terdapat dalam wacana itu.
  2. Menggunakan hubungan spesifik-generik atau generik-spesifik.
  3. Menggunakan hubungan perbandingan antara isi kedua bagian kalimat.
  4. Menggunakan hubungan sebab-akibat di antara isi kedua bagian kalimat ; atau isi antara dua buah kalimat dalam satu wacana.
  5. Menggunakan hubungan tujuan dalam isi sebuah wacana.
  6. Menggunakan hubungan rujukan yang sama pada dua bagian kalimat atau pada dua kalimat dalam satu wacana.
Jenis wacana :
1. Berdasarkan sarananya : wacana lisan dan wacana tulis
2. Berdasarkan penggunaan bahasa : wacana prosa dan wacana puisi
3. Berdasarkan penyampaian isi : wacana narasi, eksposisi, persuasi, dan argumentasi.
Subsatuan wacana
Biasanya wacana itu akan dibagi atas beberapa bab ; setiap bab akan dibagi atas
beberapa subbab ; setiap subbab akan disajikan dalam beberapa paragraf atau juga
subparagraf. Setiap paragraf biasanya berisi pikiran utama yang disertai sejumlah pikiran
penjelas. Pikiran utama berupa satu kalimat utama ; dan setiap pikiran penjelas berupa
kalimat-kalimat penjelas.

SINTAKSIS

Posted by : Unknown
Date :
With 0komentar

PRAGMATIKA

|
Baca selengkapnya »

Pragmatika adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari hubungan antara konteks dan makna. Ilmu ini mempelajari bagaimana penyampaian makna tidak hanya bergantung pada pengetahuan linguistik (tata bahasa, leksikon, dll) dari pembicara dan pendengar, tapi juga dari konteks penuturan, pengetahuan tentang status para pihak yang terlibat dalam pembicaraan, maksud tersirat dari pembicara.
Sejarah Pragmatik 
hal-hal di luar bahasa mempengaruhi pemahaman kita pada hal di dalam bahasa. Untuk memahami apa yang terjadi di dalam sebuah percakapan, misalnya, kita perlu mengetahui siapa saja yang terlibat di dalamnya, bagaimana hubungan dan jarak sosial di antara mereka, atau status relatif di anatara mereka. Marilah kita perhatikan penggalan-penggalan percakapan berikut ini. (1) A: Setelah ini, kerjakan yang lain. B: Baik, Bu. (2) C: Bantuin, dong! D: Sabar sedikit kenapa, sih? Sebagai penutur bahasa Indonesia, Anda akan dengan mudah mengatakan bahwa di dalam penggalan percakapan (1) status social A lebih tinggi dari B, sedangkan di dalam penggalan percakapan (2) C dan D mempunyai kedudukan yang sama. Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika ada syarat-syarat tertentu terpenuhi, salah satunya adalah kesadaran akan bentuk sopan santu. Bentuk sopan santun dapat diungkapkan dengan berbagai hal. Salah satu penanda sopan santun adalah penggunaan bentuk pronominal tertentu dalam percakapan. Di dalam bahasa Indonesia kita jumpai anda dan beliau untuk menghormati orang yang diajak bicara. Di dalam bahasa Prancis kita jumpai pembedaan kata tu dan vouz untuk menyebut orang yang diajak bicara. Bentuk lain dari sopan santun adalah pengungkapan suatu hal dengan cara tidak langsung. Contoh ketidaklangsungan dapat kita lihat dalam penggalan percakapan berikut ini. (3) A: Hari ini ada acara? B : Kenapa ? A : Kita makan-makan, yuk! B: Wah, terima kasih, deh. Saya sedang banyak tugas! Di dalam penggalan percakapan di atas, B secara tidak langsung menolak ajakan A untuk makan. B sama sekali tidak mengatakan kata tidak. Akan tetapi, A akan mengerti bahwa apa yang diucapkan B adalah sebuah penolakan. Kata terima kasih yang diungkapkan oleh B bukanlah bentuk penghargaan terhadap suatu pemberian, tetapi sebagai bentuk penolakan halus. Hal ini juga diperkuat oleh kalimat yang diujarkan B selanjutnya. Di dalam percakapan, ketidaklangsungan juga ditemukan dalam bentuk pra-urutan (pre-sequences). Kita juga sering menemukannya dalam situasi sehari-hari. Di dalam penggalan percakapan (3) di atas kita melihat pra-ajakan pada kalimat pertama yang diucapkan oleh A. Di dalam penggalan percakapan (4) kita melihat prapengumuman pada kalimat pertama yang diucapkan oleh A. (4) A: Sebelumnya saya mohon maaf. B: Ada apa, Pak? A: Kali ini saya tidak dapat memberi apa-apa. Kita dapat melihat bahwa suatu hal yang diungkapkan dalam percakapan akan lebih berterima jika ada semacam “pembuka” di dalamnya. Permohonan maaf dari A pada contoh (4) di atas merupakan sebuah pengantar untuk penyampaian maksud yang sebenarnya. Salah satu bentuk ketidaklangsungan dapat ditemukan di dalam mkasud yang tersirat di dalam suatu ujaran. Di dalam hal ini, ketidaklangsungan mensyaratkan kemampuan seseorang untuk menangkap maksud yang tersirat, misalnya kita perhatikan contoh berikut. (5) A: Tong sampah sudah penuh. B: Tunggu, ya. Aku baca Koran dulu. Nanti kubuang, deh ! Di dalam contoh di atas, A tidak menyuruh B secara langsung untuk membuang sampah. Akan tetapi, B dapat menangkap maksud yeng tersirta di dalam ujran A. dapat kita bayangkan bahwa setelah B membaca Koran ia akan membuang sampah karena hal ini dapat kita simpulkan dari jawaban B di atas. Jika B tidak peka terhadap maksud A, tentu jawabannya akan berbeda. Bayangkan saja kalau B hanya menjawab, “Ya, betul.”

PRAGMATIKA

Posted by : Unknown
Date :
With 0komentar

LINGUISTIK

|
Baca selengkapnya »



pada posting pertama ini, saya akan membahas apa itu linguistik. :)
Linguistik berarti ilmu bahasa. Ilmu bahasa adalah ilmu yang objeknya bahasa. Bahasa di sini maksudnya adalah bahasa yang digunakan sehari-hari (atau fenomena lingual). Karena bahasa dijadikan objek keilmuan maka ia mengalami pengkhususan, hanya yang dianggap relevan saja yang diperhatikan (diabstraksi). Jadi yang diteliti dalam linguistik atau ilmu bahasa adalah bahasa sehari-hari yang sudah diabstraksi, dengan demikian anggukan, dehem, dan semacamnya bukan termasuk objek yang diteliti dalam linguistik.
Linguistik modern berasal dari Ferdinand de Saussure, yang membedakan langue, langage, dan parole (Verhaar, 1999:3). Langue adalah salah satu bahasa sebagai suatu sistem, seperti bahasa Indonesia, bahasa Inggris. Langage berarti bahasa sebagai sifat khas manusia, sedangkan parole adalah bahasa sebagaimana dipakai secara konkret (dalam bahasa Indonesia ketiga istilah tadi disebut bahasa saja dan mengacu pada konsep yang sama). Sejalan dengan hal di atas, Robins (1992:55) mengatakan bahwa langue merupakan struktur leksikal, gramatikal, dan fonologis sebuah bahasa, dan struktur ini sudah tertanam dalam pikiran penutur asli pada masa kanak-kanak sebagai hasil kolektif masyarakat bahasa yang dibayangkan sebagai suatu kesatuan supraindividual. Dalam menggunakan bahasanya, penutur bisa berbicara di dalam lingkup langue ini; apa yang sebenarnya diucapkannya adalah parole, dan satu-satunya kendali yang dapat dia atur adalah kapan dia harus berbicara dan apa yang harus ia bicarakan. Kaidah leksikal, gramatikal, dan fonologis telah dikuasai dan dipakai, dan kaidah tersebut menentukan ruang lingkup pilihan yang dapat dibuat oleh penutur. Pembedaan ini seperti apa yang dibuat Chomsky, yaitu antara competence (apa yang secara intuisi diketahui penutur tentang bahasanya) dan performance (apa yang dilakukan penutur ketika dia menggunakan bahasanya).
Ilmu linguistik sendiri sering disebut linguistik umum, artinya ilmu linguistik tidak hanya menyelidiki salah satu bahasa saja tetapi juga menyangkut bahasa pada umumnya. Dengan memakai istilah de Saussure, dapat dirumuskan bahwa ilmu linguistik tidak hanya meneliti salah satu langue saja, tetapi juga langage, yaitu bahasa pada umumnya. Sedangkan linguistik teoretis memuat teori linguistik, yang mencakup sejumlah subbidang, seperti ilmu tentang struktur bahasa (grammar atau tata bahasa) dan makna (semantik). Ilmu tentang tata bahasa meliputi morfologi (pembentukan dan perubahan kata) dan sintaksis (aturan yang menentukan bagaimana kata-kata digabungkan ke dalam frasa atau kalimat). Selain itu dalam bagian ini juga ada fonologi atau ilmu tentang sistem bunyi dan satuan bunyi yang abstrak, dan fonetik, yang berhubungan dengan properti aktual seperti bunyi bahasa atau speech sound (phone) dan bunyi non-speech sound, dan bagaimana bunyi-bunyi tersebut dihasilkan dan didengar (http://en.wikipedia.org/wiki/Linguistics).
Menurut Verhaar (1999:9), setiap ilmu pengetahuan biasanya terbagi atas beberapa bidang bawahan, misalnya ada linguistik antropologis atau cara penyelidikan linguistik yang dimanfaatkan ahli antropologi budaya, ada sosiolinguistik untuk meneliti bagaimana dalam bahasa itu dicerminkan hal-hal sosial dalam golongan penutur tertentu. Tetapi bidang-bidang bawahan tersebut mengandaikan adanya pengetahuan linguistik yang mendasari. Bidang yang mendasari itu adalah bidang yang menyangkut struktur dasar tertentu, yaitu struktur bunyi bahasa yang bidangnya disebut fonetik dan fonologi; struktur kata atau morfologi; struktur antarkata dalam kalimat atau sintaksis; masalah arti atau makna yang bidangnya disebut semantik; hal-hal yang menyangkut siasat komunikasi antarorang dalam parole atau pemakaian bahasa, dan menyangkut juga hubungan tuturan bahasa dengan apa yang dibicarakan, atau disebut pragmatik. :)

LINGUISTIK

Posted by : Unknown
Date :
With 0komentar
Next
▲Top▲